Kanker serviks tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, dengan infeksi human papillomavirus (HPV) yang persisten sebagai penyebab utama. Bagi wanita pranikah dan pascapersalinan - kelompok pada tahap kehidupan yang krusial untuk paparan dan pencegahan HPV - program vaksinasi yang disesuaikan dapat secara signifikan mengurangi morbiditas dan mortalitas. Rekomendasi ini merangkum bukti saintifik untuk merekomendasikan vaksinasi HPV bagi kelompok tersebut, dengan penekanan pada jadwal dosis optimal, efektivitas vaksin, dan kerangka pelaksanaan yang sesuai dengan infrastruktur kesehatan Indonesia.

Beban Penyakit Terkait HPV

Kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak pada perempuan Indonesia, dengan estimasi 36.000 kasus baru dan 21.000 kematian setiap tahun. Lebih dari 95% kasus kanker serviks terkait dengan tipe HPV berisiko tinggi, terutama di Indonesia adalah HPV 52, 16, 18 dan 58 yang paling prevalen. Infeksi persisten dengan strain HPV onkogenik menyebabkan lesi prakanker yang dapat berkembang menjadi kanker invasif jika tidak ditangani. Meskipun program skrining tersedia, tingkat partisipasi yang rendah dan akses terbatas di daerah terpencil memperburuk beban kanker serviks di Indonesia.

Kerentanan pada Wanita Pranikah dan Pascapersalinan

Wanita pranikah, biasanya berusia 15–26 tahun, merupakan kelompok kunci untuk pencegahan primer karena paparan HPV sering terjadi segera setelah debut seksual. Wanita pascapersalinan memiliki risiko lebih tinggi akibat perubahan fisiologis selama kehamilan dan persalinan, seperti ektopi serviks dan penipisan epitel, yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV. Selain itu, paritas dan usia muda saat melahirkan merupakan faktor risiko independen untuk kanker serviks, sehingga vaksinasi yang ditargetkan pada kelompok ini sangat penting.

Formulasi Vaksin yang Direkomendasikan

Vaksin 9vHPV memproteksi lebih dari 99% dari penyakit terkait HPV genotipe 6, 11, 16, 18, dan sampai dengan 96.7% untuk penyakit terkait HPV genotipe 31, 33, 45, 52, dan 58. Ini termasuk pencegahan dari penyakit cervix, vagina, vulva, dan anal yang disebabkan oleh genotipe tersebut. Vaksin HPV merupakan vaksin profilaksis yang digunakan untuk mencegah penyakit. Penelitian masih berlangsung untuk digunakan sebagai pencegahan rekurensi, namun data yang ada belum dapat disimpulan kegunaannya sebagai vaksin terapeutik.

Selain itu, vaksin nonavalen menghasilkan respons imun yang kuat dan berkelanjutan terhadap semua tipe HPV yang tercakup, memperluas cakupan proteksi dan potensi pengurangan kejadian kanker serviks secara lebih efektif. Oleh karena itu, dari perspektif pencegahan kanker serviks yang komprehensif, vaksin nonavalen direkomendasikan sebagai pilihan utama dalam edukasi vaksinasi HPV.

I. Vaksinasi untuk Wanita Pranikah

Alasan Menargetkan Wanita Pranikah

Wanita pranikah, khususnya usia 15–26 tahun, merupakan calon ideal untuk vaksinasi karena dekat dengan masa debut seksual dan risiko paparan HPV yang meningkat. Vaksinasi sebelum aktivitas seksual mencegah hingga 90% kanker terkait HPV, sementara vaksinasi setelah paparan tetap mengurangi risiko reinfeksi.

Jadwal dan Dosis

Tiga dosis diperlukan untuk memastikan serokonversi adekuat. Interval antar dosis harus mematuhi jadwal: 9vHPV/nonavalen (0-2-6 bulan), 4vHPV/kuadrivalen (0-2-6 bulan), atau 2vHPV/bivalen (0-1-6 bulan). Jika pasien sudah menyelesaikan vaksin bivalen/kuadrivalen dan menginginkan tambahan proteksi dari tipe HPV lebih luas, dapat diberikan vaksin nonavalen tanpa kontraindikasi untuk revaksinasi (0-2-6 bulan) mulai 12 bulan pasca penyelesaian vaksin kuadrivalen/bivalen.

Mengatasi Keraguan terhadap Vaksin

Sensitivitas budaya terkait aktivitas seksual pranikah menuntut pendekatan edukasi yang menekankan vaksinasi sebagai pencegahan kanker, bukan hanya infeksi menular seksual. Kampanye yang menonjolkan manfaat vaksin dalam mencegah berbagai kanker lain (vulva, vagina, orofaring) dapat meningkatkan penerimaan.

Vaksinasi HPV pada Kehamilan

Vaksin HPV tidak dianjurkan untuk digunakan selama kehamilan. Wanita yang diketahui hamil sebaiknya menunda rangkaian vaksinasi setelah kehamilan selesai. Meskipun vaksin HPV tidak terkait dengan luaran kehamilan yang merugikan atau efek samping (adverse events) pada janin yang sedang berkembang pada wanita hamil yang secara tidak sengaja divaksinasi, vaksin HPV belum diuji pada wanita hamil dalam uji klinis. Jika seorang wanita ditemukan hamil setelah memulai rangkaian vaksin HPV, dosis kedua dan/atau ketiga harus ditunda sampai pascapersalinan dan tidak perlu pengulangan dosis.

II. Vaksinasi untuk Wanita Pascapersalinan

Kerentanan Pascapersalinan dan Waktu Vaksinasi

Masa pascapersalinan merupakan kesempatan strategis karena interaksi kesehatan yang intens dan motivasi pasien yang tinggi. Studi 2021 menunjukkan tingkat penyelesaian vaksin tiga dosis sebesar 97,2% ketika diberikan selama kunjungan pascapersalinan, dibandingkan 63,4% tanpa program terstruktur. Faktor fisiologis seperti rekonstitusi imun postpartum mungkin meningkatkan respons vaksin, meski penelitian lebih lanjut diperlukan.

Keamanan dan Efektivitas saat Menyusui

Vaksinasi HPV tidak dikontraindikasikan untuk diberikan saat laktasi, sehingga dapat diberikan selama masa menyusui tanpa menimbulkan efek samping pada bayi maupun ibu. CDC dan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mendukung vaksinasi pascapersalinan tanpa memandang status laktasi dengan rekomendasi bahwa vaksinasi dapat diberikan segera setelah persalinan dan selama periode menyusui.

Jadwal dan Keamanan

• Primer: 3 dosis sesuai jadwal 9vHPV/nonavalen (0-2-6 bulan), 4vHPV/kuadrivalen (0-2-6 bulan), atau 2vHPV/bivalen (0-1-6 bulan), dimulai segera pascapersalinan 
• Kombinasi dengan Imunisasi Lain: Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin Tdap dan influenza
• Masa Laktasi: Aman diberikan selama menyusui tanpa efek samping pada bayi. 

Kesimpulan

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) merekomendasikan vaksinasi HPV untuk dua kelompok utama:

1. Wanita Pranikah:
• Wanita pre-marital merupakan kelompok yang ideal untuk vaksinasi, mengingat risiko tinggi terpapar HPV menjelang debut seksual. Vaksinasi sebelum aktivitas seksual dapat mencegah hingga 90% kanker terkait HPV.
• Dosis vaksin yang direkomendasikan adalah tiga dosis dengan jadwal yang sesuai, baik menggunakan vaksin nonavalen, kuadrivalen, maupun bivalen.
• Pendekatan edukasi yang sensitif terhadap budaya diperlukan untuk meningkatkan penerimaan vaksin, dengan penekanan pada manfaat pencegahan kanker.

2. Wanita Pascapersalinan:
• Masa pascapersalinan adalah waktu yang strategis untuk vaksinasi, dengan tingkat penyelesaian vaksin yang tinggi ketika diberikan selama kunjungan pascapersalinan.
• Vaksinasi HPV aman untuk diberikan selama menyusui dan bisa dilakukan bersamaan dengan layanan nifas dan skrining serviks.
• Jadwal vaksinasi yang direkomendasikan juga mencakup tiga dosis, yang dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi lain seperti Tdap dan influenza.

Tabel Rekomendasi

  Wanita Pranikah Wanita Pascapersalinan
Jadwal Dosis Usia >15 Tahun:
• 9vHPV/4vHPV: 0-2-6 Bulan
• 2vHPV: 0-1-6 Bulan
Usia >15 Tahun:
• 9vHPV/4vHPV: 0-2-6
bulan
• 2vHPV: 0-1-6 Bulan
Waktu
Pemberian
Optimal
Sebelum menikah (premarital) Jika seorang wanita ditemukan hamil setelah memulai rangkaian vaksin HPV, dosis kedua dan/atau ketiga harus ditunda sampai pascapersalinan dan tidak perlu pengulangan dosis. Segera setelah persalinan dan dosis selanjutnya saat kunjungan nifas. Dapat diberikan selama menyusui
Konseling dan
Skrining
Edukasi mengenai HPV dan tidak memerlukan skrining Vaksinasi dapat dikombinasikan dengan layanan nifas dan skrining serviks
Revaksinasi
dengan Vaksin
9vHPV 
Tidak ada rekomendasi rutin untuk revaksinasi dengan 9vHPV. Namun jika pasien menginginkan tambahan proteksi dari tipe HPV yang lebih luas, dapat diberikan vaksin 9vHPV tanpa kontraindikasi. Vaksin 9vHPV dapat diberikan dengan dosis 0-2-6 Bulan mulai dari 12 bulan setelah vaksinasi dengan 4vHPV/2vHPV

 

Jakarta, 24 Juni 2025

Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp. Onk
Ketua POKJA Penurunan Angka Kanker Serviks POGI

Dr. dr. Brahmana Askandar, Sp. OG, Subsp. Onk
Ketua HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia)

Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk, D.MAS, M.Kes
Ketua POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia)

Download Dokumen

Comments (0)